Antara Keikhlasan Dan Pencitraan

ikhlas
Nama dan citra baik itu sangat penting bagi manusia dari kalangan apapun dan golongan apapun. Dengan nama dan citra baik tentu kita akan bisa melakukan dan mendapatkan hal yang lebih daripada mereka yang mempunyai reputasi buruk. Maka dengan cara apapun manusia akan melakukan sesuatu agar nama baiknya tidak jatuh sebab dalam tradisi masyarakat sendiri ada hukum yang tidak tertulis yang nyata-nyata kekuatannya melebihi hukum yang tertulis, dengan peribahasa yang sangat populer dalam masyarakat yakni "Sekali dahi tercoreng seumur hidup orang akan ingat".

Dengan peribahasa di atas tentu orang yang melakukan kesalahan sekecil apapun terutama kesalahan yang merugikan orang lain maka seumur hidup kesalahannya akan diingat dan orang akan selalu hati-hati dan curiga terhadap orang yang salah tersebut. Tentu hal ini akan merugikan siapapun yang citranya terlanjur jatuh. Maka dari itulah manusia berlomba-lomba membangun citranya agar tidak jatuh di mata masyarakat.

Dalam membangun citra inilah akhirnya orang terbagi dalam tiga kelompok besar yang akan melakukan sesuatu yang berakibat citra baik di mata masyarakat. Disini saya akan mencoba membagi tiga kelompok itu yang perbuatannya membawa citra baik bagi dirinya.

1. Orang yang melakukan kebaikan tanpa pamrih apapun bahkan bukan karena ingin citranya baik dalam pandangan masyarakat, bahkan dia tak peduli dengan citranya sendiri, dia hanya berbuat baik dan berbuat baik tanpa ada embel-embel apapun, itulah yang namanya keikhlasan, orang semacam ini sebenarnya masih banyak di negeri ini namun karena keikhlasannya inilah mereka tak pernah diketahui orang banyak karena tak pernah mau memperlihatkan kebaikannya, sebab sebagian dari keikhlasan adalah dia menyembunyikan kebaikannya seperti dia menyembunyikan keburukannya.

2. Orang yang melakukan kebaikan memang demi citra yang baik memang karena ingin citranya baik, dia tak ingin nama baiknya jatuh di mata masyarakat sehingga akhirnya dia hanya ingin melakukan perbuatan yang baik saja, orang semacam ini juga bisa dikatakan ikhlas walaupun masih mempertimbangkan citra karena kita tidak berhak mengecapnya tidak ikhlas karena masih ada dalam hatinya mengharapkan citra yang baik.

3. Orang yang melakukan segala kebaikan yang sebenarnya tak pernah dia lakukan, dia hanya mau berbuat baik yang penuh dengan simpati masyarakat, menjadikan masyarakat kagum padanya, membuat masyarakat mengidolakannya tapi sebenarnya perbuatannya itu jauh dari kebiasaannya, itulah yang namanya PENCITRAAN. Pencitran dilakukan kebiasaan dengan urusan politik, demi meraih sesuatu dalam syahwat politik maka pencitraan akan dilakukan dengan cara apa saja, karena ini berkaitan dengan masyarakat seluruh negeri maka cara yang efektif untuk membangun citra yakni penguasaan media yang mutlak harus dilakukan, dengan biaya besar media pun akan rela memberitakan apa pun yang diperintahkan sang pendana.

Dengan adanya orang dalam tiga kelompok di atas, tentu yang paling ideal menjadi pemimpin dalam sebuah negara adalah orang dari kelompok pertama, namun anda semua jangan bermimpi kita akan mendapat pemimpin seperti itu karena orang-orang dari kelompok pertama takkan pernah muncul untuk mencalonkan apapun.

Orang di kelompok kedua pun yang masih bisa diharapkan sebagai pemimpin akan kesulitan untuk tampil ke kancah nasional, kebaikan yang memang selalu dilakukannya takkan pernah membuat media mendengungkan namanya sekeras-kerasnya karena tak pernah menanda tangani kontrak sebagai relasi kerja.

Maka bisa dipastikan kita hanya akan mendapatkan pemimpin dari kategori kelompok ketiga, karena media adalah ujung tombak pencitraan, maka kita sebagai pemilih hendaknya lebih cermat dan hati-hati.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Antara Keikhlasan Dan Pencitraan"

Post a Comment

Blog Archive